Senin, 21 Maret 2016

oke, kawan ada kelanjutannya lagin nih tugas tadi. tugas nya yaitu memosting peninggalan Islam di daerah kalian. Ah hanum berterimakasih sekali pada Pa Erwin, kebetulan tugas yang ini berkaitan dengan tugas yang awal. yap, Semua peninggalan Islam yang ada di Cirebon pasti ada kaitannya sama Sunan Gunung Jati. Yeheettttt
 Yang paling utama adalah Keraton
A. Keraton
  1. Keraton Kasepuhan Cirebon kini terletak di Kec. Lemah Wungkuk, Kotamadya Cirebon. Ia merupakan pusat pemerintahan dari kesultanan Cirebon pada masa silam. Di keraton ini akan dapat kita jumpai bangunan-bangunan dengan gaya arsitekturnya yang unik, kereta Singa Barong, benda-benda kuno dan naskah kuno. Hanum pernah kesini guys, tujuan nya sih mau ke SMK Pakungwati lagi melakukan penelitian, uniknya SMK Pakungwati tersebut terletak di dalam area keraton, halaman keraton ini luas banget, rindang banyak pepohonan, dan didalam nya ada kolam besar yang ada jembatan di tengah-tengah nya. Waktu8 hanum kesana, lagi ada yang foto prewed di jembatan itu -__- tiket masuknya Rp 5000 guys, tapi waktu itu hanum masuknya gratis.. pake trik tertentu hehe
  2. Keraton Kanoman adalah keraton yang didirikan oleh Sultan Anom I pada tahun 1678. Letaknya berada di 300 meter sebelah utara keraton Kasepuhan. Keraton ini telah berdiri sejak wafatnya Panembahan Girilaya. nah di keraton ini depannya ada pasar guys, pasar kanoman. kalo menurut hanum sih pasar paling lengkap di Cirebon, gacuma sembako, sayuran,daging,macam-macam ikan tapi juga ada pasar kain. sering banget nih hanum kesini
  3. Keraton Kacirebonan adalah keraton terkecil yang dimiliki kesultanan Cirebon. Letaknya berada di 1 km barat daya Keraton Kasepuhan. Di dalamnya juga terdapat berbagai benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Cirebon seperti keris, wayang, gamelan, dan perlengkapan perang. Di Kacirebonan ada sanggar tari yang paling terkenal di Cirebon. Hanum pernah belajar tari ronggeng pesisir sama topeng disini.
  4. Keraton Kaprabonan. Sayangnya, hanum belum pernah kesini kawan..
B. Gua Sunyaragi

Gua Sunyaragi yaitu bangunan yang mirip dengan candi. Selain disebut dengan nama Gua Sunyaragi, peninggalan tersebut sering disebut Taman Air Sunyaragi atau Taman Sari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" sendiri berasal dari kata "sunya" yang artinya sepi, dan kata "ragi" yang artinya raga, keduanya adalah bahasa sangsekerta. Gua Sunyaragi berlokasi di Kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon, atau tepatnya di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono.


Gua Sunyaragi di bangun di atas lahan dengan luas sekitar 15 hektar. Konstruksi dan komposisi bangunan ini merupakan taman air. Oleh karena itu Gua Sunyaragi disebut juga Taman Air Sunyaragi. Pada zaman dahulu kompleks Gua tersebut di kelilingi oleh sebuah danau, yaitu danau Jati. Lokasi dimana dahulu terdapat danau Jati saat ini sudah mengering dan dilalui oleh jalan by pass Brigjen Dharsono, sungai Situngkul, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Sunyaragi milik PLN, persawahan dan sebagiannya lagi menjadi pemukiman penduduk. Selain itu, di kompleks Gua tersebut terdapat banyak air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti patung Gajah, patung Wanita Perawan Sunti, serta patung Garuda dan Ular. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari Keraton Pakungwati, yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.


Kompleks Gua Sunyaragi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pesanggrahan dan bangunan gua. Bagian pesanggrahan dilengkapi dengan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah dan dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam. Bangunan gua-gua berbentuk gunung-gunungan, dilengkapi terowongan penghubung bawah tanah dan saluran air. Bagian luar komplek bermotif batu karang dan awan. Pintu gerbang luar berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa.


Tujuan utama dibangunnya Gua Sunyaragi adalah sebagai tempat untuk beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

C. Pemakaman
Yang paling penting nih, makam sunan Gunung Jati, yang banyak dikunjugi orang-orang dari seluruh daerah. Eyang hanum dimakamkan disini guys, dulu sebelum hanum di IC, minimal satu bulan sekali hanum ziarah ke kuburan eyang, dan sekalian muter-muter deh di areal pemakaman itu. unik loh kawan, ada suatu tempat yang dipagar sekelilingnya dan itu katanya adalah pusar bumi, hanum masih ga ngerti itu buat apa sebenarnya. Ada beberapa makam-makam yang berada di dalam rumah atau ruangan, ruangan tersebut dihiasi dengn berbagai macam piring cantik dan lampu hias yang terang sekali pokonya tidak ada unsur seram nya deh.
oya kawan, ada juga sumur yang dikramatkan disini, ada dua sumur tapi hanum lupa nama sumurnya. yang jelas satu sumur mewakilkan keraton Kasepuhan dan satunya lagi melambangkan keraton kanoman.

Kamis, 17 Maret 2016

aku shocked!!


Assalamuálaikum kawan!!! ketemu lagi nih sama hanum.. ada tugas sejarah lagi nih dari Pa Erwin, tapi sebelumnya hanum pengen curhat dulu ah.. hanum sedih nilai UTS sejarah paling kecil di kelas. Mungkin karena hanum cuma belajar sejarah pas pagi nya doang kali ya?! atau karena hanum yang kuper gitu gara-gara kurang tau tentang pengetahuan umum. Bisa juga gara-gara niat hanum yang emang tadinya mau melakukan seleksi alam. antara B.arab Quran Hadits dan Sejarah. At least, Hanum malah mengeliminasi sejarah.. T_T

OK, itu sudah berlalu. sekarang hanum mau jelasin tentang perbedaan Fatahillah dan Sunan Gunung Jati yang ternyata beda orang, beda roh, beda wujud, beda deh pokonya. Hanum sempet shocked nih guys, sebagai seorang Cirebon ASLIII REALLL dan darah keraton masih mengalir di pembuluh darah ini, Hanum kecewa nih setau Hanum yang hanum baca di LKS Bahasa Cirebon yang dulu dibenci dan sekarang Hanum menyesal membencinya dan ingin mempelajarinya lagi mengatakan bahwa Fatahillah itu julukan buat Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati. Ah, Hanum ngerasa ga berguna nih, buat apa eyang Hanum kasih nama Alifadiningrat kalau Hanum sendiri gak banyak tau tentang asal usul sejarah di Cirebon.

Dalam pelajaran sejarah, kita masih menemukan bahwa Sunan Gunung Jati, Syarif Hidayatullah, Fatahillah, Faletehan adalah nama atau sebutan untuk satu orang yang sama. Jadi Sunan Gunung Jati alias Fatahillah alias Syarif Hidayatullah, alias Faletehan alias Tagaril. Kesimpulan ini bersumber dari disertasi DR. Husein Djajadiningrat tahun 1913 yang menyatakan bahwa nama-nama itu merupakan sebutan untuk satu orang. Pendapat ini masih banyak memengaruhi para penulis sejarah. Menurut Edi S.Ekadjati dalam Seminar Sejarah Jawa Barat di Sumedang tanggal 21-23 Maret 1974 yang mengambil sumber dari Carita Purwaka Caruban Nagari, menyatakan bahwa nama tersebut merupakan nama dua tokoh yang berlainan. Makam kedua tokoh itu sama-sama ditempatkan secara berdekatan di Pasir Jati Bukit Sembung Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 sedangkan Fatahillah wafat tahun 1570. Berdasarkan Carita Purwaka Caruban Nagari dijelaskan bahwa silsilah Sunan Gunung Jati yaitu bahwa Nya Subanglarang ibu dari Nyai Lara Santang, nenek Sunan Gunung Jati adalah putri dari Ki Gede Tapa. Ratu Singapura dan penguasa pelabuhan Muara Jati. Nya Subang Larang lahir tahun 1404 dan menikah tahun 1422, kemudian dari pernikahannya lahir putri Nyai Lara Santang pada tahun 1426. Nyai Lara Santang menikah dengan Sultan Mahmud ari Mesir. Dari pernikahannya itu lahirlah Syarif Hidayatullah pada tahun 1448.


Sedangkan Fatahillah yang biasa disebut Faletehan atau Kyai Fathullah adalah seorang ulama dari Pasai Aceh yang hijrah ke Demak. Ia kemudian diangkat Raden Patah sebagai panglima pasukan Demak yang berangkat ke Sunda Kelapa bersama pasukan Cirebon menghadapi Portugis untuk mempertahankan pelabuhan Sunda Kelapa.

Dalam buku Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual terbitan Kompas, disebutkan juga bahwa setelah wafatnya Sultan Trenggana, Ratu Ayu yang merupakan putri Syarif Hidayatullah menikah dengan Fatahillah. Jadi bisa dikatakan Fatahillah merupakan menantu dari Syarif Hidayatullah.

Bukti lainnya adalah makam Fatahillah yang terletak di kompleks makam Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568, sedangkan Fatahillah wafat 2 tahun setelahnya.

Jadi jelas jika Fatahillah dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati bukan sosok yang sama.

oke, udah jelas kan guys. Jai berarti sekarang Hanum gaboleh lagi bilang Fatahillah itu Sunan Gunung Jati. Duh kawan hanum jadi kangen nih sama eyang. Pokonya nanti balik hanum mau ke makam sunan gunung jati sekalian ziarah ke makam eyang.. :)

Selasa, 01 Maret 2016

Bukti yang Nyata

ok, Assalamu'alaikum kawan... jumpa lagi^^
Hanum udah balik asrama loh, tapi kenapa selalu aja kalo di asrama pengennya di rumah. Tapi kalo di rumah pengen ke asrama. Udah ah curhatnya, sekarang hanum mau ngerjain tugas nih dari Pa Erwin, guru sejarah yang super gokil dan seru deh. Kata nya, kalau sejarah itu harus kudu kedah wajib must ada bukti. nah sebelumnya kan hanum post tentang teori masuknya Hindu Budha. Nah, sekarang hanum mau kasih liat bukti nya kalau Hindu Budha itu memang masuk ke Indonesia, tumbuh dan masih ada sampai saat ini.

1. Buku-Buku dan Kitab-Kitab
Pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkembang di Indonesia, kebudayaan dan kesusastraan juga mengalami kemajuan, terutama pada saat Kerajaan Majapahit. Karya-karya sastra peninggalan sejarah tersebut berupa cerita tertulis yang dikarang oleh para pujangga. Beberapa karya sastra di antaranya berupa kitab-kitab berikut ini.

a. Kitab Cilpa Sastra, merupakan peninggalan Kerajaan Syailendra yang berisi dasar-dasar pokok membuat candi.
b. Kitab Arjuna Wiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030. Kitab ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berisi tentang perjuangan Airlangga dalam mempertahankan Kerajaan Kediri.
c. Kitab Smaradahana dikarang oleh Mpu Darmaja, pada masa pemerintahan Raja Kameswara I, Kediri.
d. Kitab Bharatayuda dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, Kediri.
e. Kitab Krisnayana ditulis oleh Mpu Triyana.
f. Kitab Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh.
g. Kitab Negara Kertagama, ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Kitab ini merupakan sumber sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Di dalam kitab ini muncul istilah Pancasila.
h. Kitab Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab ini berisi tentang hukum dan dijadikan dasar hukum di Kerajaan Majapahit. 
2.Prasasti
Prasasti disebut juga batu bertulis. Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang tertulis di atas batu, logam, dan sebagainya. Prasasti biasanya berisi mengenai kehidupan atau peristiwa penting di daerah setempat.

a. Prasasti Kerajaan Tarumanegara antara lain Ciaruteun, Kebun Kopi, Tugu, Lebak, Jambu, Muara Cianten, dan Pasir Awi yang semuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
b. Prasasti di Sumatra Selatan antara lain Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Karang Berahi, dan Telaga Batu. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Pallawa, yang dipahat dan ditulis sekitar abad ke-7 pada masa Kerajaan Sriwijaya
c.Prasasti Canggal tahun 732 M, di dekat Magelang. Berisi tentang Kerajaan Mataram Hindu dengan Raja Sanjaya.
d. Prasati Adityawarman, ditemukan di daerah Batusangkar. Prasasti ini memakai bahasa Melayu Kuno bercampur dengan bahasa Sanskerta.
e. Prasasti Mulawarman, ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.

3. Yupa
Yupa adalah prasasti yang dituliskan pada tiang batu. Awalnya, yupa digunakan untuk mengikat kurban, baik hewan maupun manusia yang akan dipersembahkan kepada dewa.

Yupa ditemukan di Kalimantan Timur, pada abad ke-5 yang berisi tentang kisah seorang raja bernama Mulawarman yang baik budiman dan mempunyai kakek bernama Kudungga. Saat pemerintahan Mulawarman, rakyat hidup makmur dan sejahtera. Mulawarman juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum Brahmana.

4. Patung dan Arca

Patung adalah tiruan bentuk orang atau hewan yang dibuat dengan bahan batu, kayu, dan lainlain. Adapun arca adalah patung yang dibuat dari batu.

a. Patung Gajah Mada

Patung ini dibuat untuk mengenang jasa-jasa Patih Gajahmada dalam mempersatukan Nusantara di bawah Majapahit. Pada saat diangkat menjadi Mangkubumi atau Perdana Menteri Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang bernama “Sumpah Palapa”.
b. Patung Prajna Paramita
Patung Prajna Paramita merupakan patung perwujudan Ken Dedes istri Ken Arok, yang digambarkan sebagai Dewi Kebijaksanaan. Patung yang terletak di Candi Singasari, merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dengan pahatan yang sangat bagus.
c. Patung Buddha
Ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang pada abad ke-2. Patung Buddha merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bukti bahwa agama Buddha berkembang dengan baik. Selain itu terdapat juga patung Buddha di Candi Mendut.

5. Candi
Candi berasal dari kata candika (Dewa Maut). Fungsi pembangunan candi untuk memuliakan raja yang telah meninggal dunia. Saat raja meninggal, semua azimatnya disimpan di dalam peti, kemudian peti tersebut diletakkan di dasar tempat candi tersebut dibangun. Sebagai pelengkap dibuatlah arca yang merupakan perwujudan raja sebagai dewa dan di depannya diletakkan sesaji.

Candi bagi umat Hindu digunakan sebagai makam, sedangkan candi dalam ajaran Buddha berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap dewa. Setiap bangunan candi mempunyai tiga bagian utama sebagai berikut.
a. Kaki candi, berbentuk bujur sangkar melambangkan “alam bawah” yaitu dunia tempat hidup manusia.
b. Badan candi, melambangkan “alam antara” tempat manusia yang sudah meninggalkan semua urusan duniawinya.
c. Atap candi, melambangkan “alam atas”, berbentuk lingkaran dengan tiga teras berundak-undak.
a. Candi Budha
Candi Borobudur

borobudur
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah

Candi Mendutcandi-mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha

Candi Ngawen
ngawen
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang

Candi Lumbung
candi-lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)

Candi Banyunibo
candi-banyunibo
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
Candi Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Candi Muara Takus
candi-muara-takus
Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.

Candi Sewu
candi-sewu
Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan (hanya beberapa ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.
b. Candi Hindu

Candi Prambanan

Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. tahukah kawan tentang kisah si cantik Roro Jonnggrang dan si jahat Bandung Bondowoso?Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.
Patung Roro Jonggrang di kompleks candi Prambanan
Arca Gupolo 
arca-gupolo
Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang terletak di dekat candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan posisi duduk


Naahh,, kawan itu dia bukti-bukti peninggalan adanya ajaran Hindu dan Budha di Indonesia. Peninggalan itu menjadi harta milik negara yang tak ternilai harganya. Peninggalan-peninggalan kuno itu juga dapat menarik wisatawan mancanegara datang ke Indonesia. Sehingga kita harus menjaganya.
Sumber http://www.cpuik.com/2012/12/peninggalan-sejarah-hindu-dan-buddha.html